Kemarin sebelum ke pura untuk kemit atau jaga di pura, saya dan Pak Tut bertemu dengan orang yang tuna wicara, saya pertama kali melihat ingin tertawa karena menyangka dia sedang bercanda dengan bahasa isyarat, tapi ternyata dia seorang tuna wicara, dari bahasa tubuhnya dia hendak mengatakan bahwa baru saja habis berkelahi dan dia dibilang orang gila, lantas dia mengambil foto di dalam dompetnya dan memperlihatkan foto dia bersama temannya sedang berpose. Saya benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksudkan saya tidak mengerti bahasa isyarat, untungnya Pak Tut mengerti, sebelum berakhir dia menatap saya, saya balas dengan mencakupkan kedua telapak tangan di dada, karena saya melihat ada gelang tiga warna di tangannya, oh ternyata dia seorang Hindu, saya berpikir, alangkah sulitnya jika menjadi dia, mau berkomunikasi saja sulitnya minta ampun.
Tapi kalau dipikir-pikir seharusnya kita merasa kasihan bukan malah mentertawakan, saya tidak tahu namanya, tapi rasa iba itu muncul di dalam benak saya. Seharusnya kita yang masih normal bisa bersyukur sudah dianugerahi anggota tubuh yang lengkap oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan.
Tapi kalau dipikir-pikir seharusnya kita merasa kasihan bukan malah mentertawakan, saya tidak tahu namanya, tapi rasa iba itu muncul di dalam benak saya. Seharusnya kita yang masih normal bisa bersyukur sudah dianugerahi anggota tubuh yang lengkap oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar